Langsung ke konten utama

Mengapa Saya Kerja Giat



Ada seorang pekerja sukses dalam berkarya. Ia ahli dan memiliki kemampuan kerja luar biasa untuk menyelesaikan pekerkaan yang dibebankan kepadanya. Ia selalu mendapat pujian karena hasil kerjanya dikatakan luar biasa. Namun pujian dan sanjungan yang ia dapat membuat ia tidak rendah hati, tetapi menjadi orang yang tidak sabaran bahkan bertemparamen. Oleh karena itu dan dalam perjalanan waktu, ia merasa lelah dan bosan dengan apa yang ia kerjakan. Sekarang saatnya berhenti, demikian yang ia pikirkan.

Satu hari dengan perasaan lelah dan kesal karena bosan bekerja ia mendatangi boss yang memberi pekerjaan kepadanya. Pekerjaan  yang  selama ini telah menghidupkan keluarganya. Dengan singkat ia mengatakan, niatnya berhenti sekarang juga. Tentu saja boss-nya kaget atas rencana itu.

Boss mencoba membujuk, sambil menyebut ia sebagai karyawannya yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan, mengapa harus berhenti. "Perusahaan sangat membutuhkan tenaganya" katanya. Tetapi ia tetap bersikeras, dan mau berhenti karena sudah bosan bekerja. Karena tidak bisa menahan kehendak karyawannya itu, maka boss  dengan menyesalkan akan  melepas karyawan yang selama ini sangat ia butuhkan.

Dengan sangat  ia mohon agar  karyawannya ini mau bersabar sebentar karena ia masih mempunya sebuah proyek, yaitu membangun sebuah rumah, pesanannya terakhir. Dengan permintaan, jadikan ini sebagai hasil karya terakhir di perusahaan ini. Biar bangunan itu menjadi tanda dan contoh bagi semua karyawan yang masih bekerja. Kendati dengan rasa tidak senang hati, ia akhirnya mau mengerjakan proyek itu. Tetapi sesungguhnya ia tidak mengerjakan dengan sepenuh hati dan terkesan asal-asal saja.

Sekarang, hanya satu dalam pikirannya. Selesai secepatnya dan berhenti dari perusahaan itu. Maka dengan tergesa-gesa ia  mendatangi lokasi. Tanpa membersihkan lokasi untuk bangunan itu, ia menimbun saja dengan tanah. Walaupun ada sisa kayu yang bisa menjadi sarang rayap. Campuran semen dan bahan bangunan ia gunakan dari sisa-sisa yang ada disekitarnya, bukan bahan kelas satu.  Demikian pula bahan kosen asal-asal dari bekas bangunan. Ia bekerja tidak sepenuh hati, tidak menunjukan hasil asli seperti yang pernah hasilkan. Dalam waktu singkat, bangunan rumah itu selesai dan bergegas mendatangi boss-nya dan menyerahkan kunci sambil cepat-cepat mau pamit. “Ini pak, tugas saya sudah selesai, baiklah saya segera berhenti dan mau pergi” namun boss-nya menahan sambil mengatakan “Hai sobat, tunggu sebentar, anda sungguh berjasa bagi perusahasaan ini.  Jangan dulu pergi, teman-teman sudah menunggu di aula. Mari kita lakukan upacaya perpisahan. Hatinya semakin kesal, wajah dan bahasa tubuhnya menandakan ketidak senangannya. Tetapi ia toh akhirnya ia mau menunggu. Saat perpisahan tiba, boss mengundang ia naik penggung disaksikan semua karyawan. Dengan perasaan haru bossnya  menyampaikan rasa terima kasih atas  kerja baik selama ini.  Dan  sebagai rasa terima kasih, dengan tulus hati bossnya menyerahkan kunci rumah yang baru selesai dibangun itu kepada karyawan yang minta berhenti itu.  Terimalah ini sebagai  tanda terima kasih dan kenangan atas prestasi kerja selama ini.

Tentu saja, karyawan yang berprestasi ini, menjadi bingung…..  hatinya berjecamuk,… penyesalan menumpuk di dadanya. "Seandainya saya tahu, rumah ini bakal untuk saya pasti saya akan pilih semua bahan kualitas nomer satu" tetapi semua sudah terlambat. 

Demikian, hidup dan bekerja kita. Jarang orang menyadari kerja itu adalah ibadah dan mau bekerja dengan sepenuh hati. Kisah ini bukan hanya cocok untuk  inspirasi di kerja keduniaan, tetapi juga pelita untuk pekerjaan surgawi. Lakukan semuanya dengan sepenuh hati, seperti hari ini adalah hari terakhir dalam hidup. Kita akan memanen apa yang kita tanam, lebih daripada itu, tanamlah dimana-mana, mungkin kita akan memanen yang ditanam orang lain.  Selamat BER –APP 2013..    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kismis Dry Gin Obat Lutut Sakit

Tiga tahun lalu saya merasa ada yang tidak beres pada lutut.Pikirku paling setelah digoyang goyang akan beres. Ketika berada di Purwokerto, saya jalan pagi, semakin jauh semakin sakit akhirnya trauma tidak berani jalan pagi lagi. Setahun lebih saya tidak berani jalan pagi. Sampai oktober 2010 ada email dari Bapak FX Benny Setiawan.  From: Komunikasi_KAS@yahoogroups.com [mailto:Komunikasi_KAS@yahoogroups.com] On Behalf Of FX. Benny Setiawan Sent: Thursday, October 28, 2010 12:42 PM To: Komunikasi_KAS@yahoogroups.com Subject: [Kom-KAS] Info kesehatan... Resep manjur untuk rheumatik.  Teman saya baru pulang dari berjalan-jalan, bercerita tentang teman serombongan yang menggunakan resep ini, hasilnya sangat bagus. Sekarang dirinya tidak perlu makan obat glucosamine lagi, bahkan berhenti makan obat osteoporosis.  Saya juga pernah membaca di Harian Shi Jie Ri Bao ada orang menulis tentang kesaksian akan keberhasilan resep ini. Secara khusus saya mencari data di jaringan maya, tern

Pengabdian Seorang Koster

“Suatu saat saya minta tolong pak Haryono agar buatkan beberapa rosario . Setelah selesai, ia menyerahkan kepada saya sambil mengatakan maaf romo Bi, mungkin rosarionya kurang rapih. Waktu saya tanya biayanya berapa ia menjawab 'sembah bekti mawon romo” ungkap romo H Subiyanto. DW. Pr pada saat merayakan Ekaristi Kudus bulanan untuk karyawan Katedral. Bertepatan pula, hari itu Bapak Rafael Haryono pension sebagai koster Katedral KA Semarang. Hal yang sama juga pernah dialami romo Sukardi pr, romo Paroki Randusari Semarang. Ia hanya minta dibayar dengan doa saja” demkian rama Soebiyanto mengawali khotbahnya. Rafael Haryono lahir di Sendangsono, 21 Pebruari 1947 dari keluarga sederhana. Ia semula dibawa oleh romo G Natabudyo pr ke Semarang . Mulai bekerja sebagai pegawai di pasturan pada 30 Desember 1969 dan, baru 2 tahun kemudian ditunjuk menggantikan koster lama yang mengundurkan diri. Suami dari Katarina Nurpini Dwiprihatin mengalami pergantian banyak r

Doa Setelah Komuni

Suatu ketika saya bertanya kepada seorang pemuda, apa doanya setelah menerima Sakramen Maha Kudus, ia hanya menjawab dengan senyuman. Sepertinya ia mengharapkan apa sesungguhnya yang saya lakukan setelah menerima sakramen maha kudus (SMK). Penerimaan SMK merupakan peristiwa yang sangat penting dalam hidupku dan itu terjadi pada tahun 1956. Sejak habis dibatis dengan nama Tarsisius yang sangat merindukan menyambut Tubuh Yesus. Untuk bisa menerima SMK kami menerima pelajaran cukup lama dari Bapak Rafael Parera Almarhum. Ia seorang guru SR kelas 1 dan 2, merangkap guru agama serta juga menenjadi bapak permandian saya. Ketika itu orang tua kami, papa dan mama belum sebagai pengikut Kristus. Dalam keluarga kami, kami anak-anak semua sudah di babtis lebih dahulu baru kemudian bapak. Mama sendiri sudah lebih dahulu dibabtis sebagai pengikut gereja Protestan. Namun sejak kami anak-anak semuanya menjadi Katolik, mama kemudian menemani kami 10 anaknya dan bapak di Gereja Katolik. Saya ma