Juga masih di wilayah Pekunden saya menemukan satu lagi pelajaran yang berharga. Seorang ibu, ketika masih bayi, ia terlahir tanpa kulit yang kuat. Warna kulitnya kemerahan, sehingga orang tuanya sungguh memelas (kasihan) memandangnya. Berbagai upaya di cari agar sang bayi bisa berbaring dengan tenang. Ibunya merasanya betapa sakitnya, kulit itu menyentuh kain. Maka dipakailah daun pisang, sebagai alas. Sepanjang usia balita sampai dewasa ia dimanja, semua keinginannya yang tidak diiakan orang lain, artinya orang itu, bukan pihakku. Suaminya seorang dominan dalam keluarga, sehingga menjadi kebalikan ketika ia masih dalam naungan orang tuanya. Pasutri (ME=pasangan suami isteri) ini memiliki sepasang anak. Anak-anak dibesarkan, disekolahkan sampai selesai. Setelah tamat kulian, anak pertama seorang putri bekerja di Jakarta. Orang tua yang penuh perhatian dan kasih ini lalu membelikan sebuah rumah di Jakarta. Dalam perjalanan waktu ia menemukan pasangannya dan tak lama kemudian berencana
Blog ini terbuka untuk siapa saja yang mau memperkaya iman, dan saling hormat antar umat beragama. Dalam persekutuan dengan Gereja Katolik yang Kudus.