Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2007

Sakramen Orang Sakit

Tepat pagi jam 08, tanggal 25 Desember 2007, saya mengantar Rama Sugiyana pr, pastor dari Katedral Semarang untuk menerimakan sakramen orang sakit, kepada ibu Elisabeth Elyawati, janda dari bapak John Susanto yang meninggal dunia belum seratus hari. Ibu berusia 82 tahun, ini terbaring lemah di rumah sakit, ia terjatuh dan tulang lengannya patah. Beliau masih mengenal kami, dan masih bisa bergurau dengan rama, tetapi suaranya sudah sangat lemah. Hari Jumat sore, ia terjatuh ruang tengah. Di sekitar situ ada meja kursi, tempat yang menjadi ruang tamu, dimana ia biasanya duduk bercengkraman berdua dengan Pak Jhon almarhum. Ia masih belum sadar bahwa sang suami telah lebih dahulu ke mbali ke rumah Bapa di surga. Sesekali minta putrinya agar telepon "papi" kok perginya lama. Ibu penderita tulang koropos ini sudah sangat lemah dan menderita sakit yang luar biasa ketika mau berdiri dan berjalan. Ia selalu dipapah oleh pak Jhon ketika pak Jhon masih ada di sisinya untuk ke ger

Keteladan Orang Tua 83 tahun

Salah satu ibu yang setia menerima Sakramen Maha Kudus di rumah adalah Tante Ely. Ibu 82 tahun ini sangat menderita karena susah berjalan, karena pada persendiannya tumbuh tulang seperti jarum yang menusuh-nusuk kalau beliau berdiri. Walaupun demikian ia tampak manis, senyum dan bergairah menerima SMK. Ia baru dalam beberapa 2 bulan terakhir tidak ke gereja karena di tinggal meninggal dunia sang suami tercinta Om Jhon. Ketika masih lengkap sebagai pasutri, pasangan ini menjadi contoh karena saling menolong untuk sampai ke gereja. Kalau sempat di jemput anak- anak mereka pergi dengan mobil namun kalau tidak, maka mereka tetap ke Gereja menggunakan becak. Semasa hidupnya, sampai usia menjelang 80 tahun pak Jhon adalah umat yang saleh dan aktif sebagai prodiakon, dan terakhir sampai usia 80 tahun beliau menjadi penghitung uang kolekte. Sampai usia 82 tahun bahkan beberapa jam sebelum malaekat Allah menjemput beliau, ia masih naik Vespa, bukti kasihnya kepada sang isteri yaitu mengantar

Kerinduan Akan Sakramen Maha Kudus

Salah seorang Bapak yang menerima Sakramen Maha Kudus di rumah adalah Bapak Yosef. Jauh hari sebelum ia menerima SMK, sesungguhnya pak Yosef belum menjadi Katolik. Ketika itu kalau saya mengantarkan SMK untuk isterinya, ia selalu menyambut kedatangan kami, dan setia duduk di samping isterinya. Sayapun mengajak ia ikut berdoa dan membawakan kertas tuntunan perayaan ekaristi untuk dibacanya. Ia nampaknya tekun mengikuti upacara penyambutan tubuh Ktistus. O yah, ia perlu mendampingi ibu Cing, istrinya karena ibu Cing sudah pikun, tidak bisa mendengar dan melihat. Pak Lunlah yang menuntun isteri yang juga berusia 83 tahun duduk untuk menerima SMK. Orang tua yang berusia 86 tahun (2007) ini termasuk luar biasa. Ia masih pergi ke pasar beli sayur menggunakan Vespa. Pertengahan tahun 2007, isterinya meninggal dunia dalam usia 83 tahun. Sebelumnya, banyak keluarga dari luar kota datang ke keluarga Om Lun. Mereka mendengar berita bahwa Om Lun sedang sakit-sakitan. Ada dari antaranya membawa pis

Mengantarkan Sakramen Maha Kudus (SMK)

Saya pernah melakukan acara penyambutan tubuh Kristus bersama-sama, semuanya ibu-ibu janda usia 80 puluhan. Wah seunang bangat. Kami nyanyi Aku Rindu, lalu Sahabat dari Galilea. Kebetulan salah seorangnya ulang tahu hari itu, tapi dia sendiri tidak tau, kalau dirayakan. Acara disiapkan oleh seorang pengurus wilayah. Tentu dan pasti, ia terharu dan menangis. Ibu ini janda sudah lama, ketika usia 72 tahu kena struk, setelah itu dia hanya bisa duduk di kursi roda. Tapi jangan tanya semangatnya? Nyaris setiap minggu ia menghadiri perayaan Ekaristi di Katedral, dengan di papah oleh pembantu yang setia merawatnya. Tentu Anda bertanya dimana anak-anaknya? Ia tidak punya anak. Ada ibu yang masih bersemangat, bicara dan nyanyinya keras, dan fasih Honlland Spokken. Kalau saya mengantarkan SMK, dia lebih dulu berdoa atau mulai dengan lagu Aku Rindu. Yah seru ... juga. Walaupun hanya bisa duduk ia sangat bersemangat, buku renungan harian dan injil selalu menyertai ia sepanjang hari........

Terilhami Bapak Wiryanto Dewabroto

Martin T Teiseran // Desember 17, 2007 at 2:02 am Rasanya harus memperkaya renungan Natal 2007 di kolom Mas Wir. Sudah 2 tahun ini, hanya kami berdua pasutri yang ke Gereja. Semua anak-anak, suami isteri punya acara sendiri. Ke gereja sendiri-sendiri. Saya sih menikmati saja. Sudah sering pada minggu-minggu biasa, seperti kemarin Adven 3, isteri menghadiri misa sendiri di aula gereja, sedang saya bersama prodiakon lainnya duduk di bangku deret pertama. Ini perubahan terakhir di Katedral Randusaru Semarang. Kalau dulu saya masih duduk di samping isteri saya sampai doa umat. Sekarang karena prodiakon keluar dari sakristi berama rama, lektor dan ajudan maka isteri menjadi sendiri duduk di deretan bersama sesama umat. Sebulan sekali saya mendapat tugas, dibagi setiap minggu dengan teman lainnya, untuk membagikan sakramen mahakudus (SMK) kepada para sepuh, maka setelah misa bersama isteri, kami keliling Pekunden mengantar SMK kepada 7 orang tua yang usianya rata-rata 80 tahun. 6 orang ibu d