Langsung ke konten utama

Sakramen Orang Sakit

Tepat pagi jam 08, tanggal 25 Desember 2007, saya mengantar Rama Sugiyana pr, pastor dari Katedral Semarang untuk menerimakan sakramen orang sakit, kepada ibu Elisabeth Elyawati, janda dari bapak John Susanto yang meninggal dunia belum seratus hari. Ibu berusia 82 tahun, ini terbaring lemah di rumah sakit, ia terjatuh dan tulang lengannya patah. Beliau masih mengenal kami, dan masih bisa bergurau dengan rama, tetapi suaranya sudah sangat lemah.

Hari Jumat sore, ia terjatuh ruang tengah. Di sekitar situ ada meja kursi, tempat yang menjadi ruang tamu, dimana ia biasanya duduk bercengkraman berdua dengan Pak Jhon almarhum. Ia masih belum sadar bahwa sang suami telah lebih dahulu ke mbali ke rumah Bapa di surga. Sesekali minta putrinya agar telepon "papi" kok perginya lama. Ibu penderita tulang koropos ini sudah sangat lemah dan menderita sakit yang luar biasa ketika mau berdiri dan berjalan. Ia selalu dipapah oleh pak Jhon ketika pak Jhon masih ada di sisinya untuk ke gereja atau aktifitas doa. Sekarang ketika sang pendamping setia sudah tiada ia belum bisa menerima kejadian nyata menimpa dirinya. Ketika di rumah sakit ia mengingatkan putrinya. "Papi kok tidak datang bezuk mami"

Pasangan yang hidup puluhan tahun sering kali tidak menyadari pasangan hidupnya telah tiada, seperti sekarang yang dilamai ibu Ely. Ia masih terbaring di rumah sakit. Tidak bisa dioperasi karena tulangnya sudah kropos, tak pisa dipasangkan pen kata dokter. Beliau akan di bius total, kemudian dokter berusaha menarik lengannya, mendudukan kembali tulang yang patah dan kemudian digips. Ia pasti berbulan- bulan berada di tempat tidur, hidup dalam ketidak berdayaan.

Suatu ungkapan sering kita tentang ibu ibu yang luar biasa. Ketika suami telah meninggal dunia atau menceraikan mereka, mereka sanggup dan tangguh untuk membesarkan anak- anak sampai jadi "orang". Kini ibu ini memang tak perlu membesarkan anak-anaknya lagi, karena semua sudah tuntas. Namun ia sudah sakit sakitan dan tidak berdaya.

Ibu ibu memberikan segala-galanya bagi anak anaknya, termasuk elemen penting dalam tulangnya, sampai tulang mereka kropos, semua perekat telah diberikan kepada orang orang yang mereka sayangi. Suatu penelitian menemukan: Tulang bapak bapak setelah digali dari bumi, warnanya kuning. Tidak demikian dengan tulang ibu- ibu, warna sudah menjadi hitam seperti warna tanah. Tulang mereka lebih cepat menjadi seperti warna tanah, karena semasa hidunya mereka sudah memberikan segala-galanya untuk kekasih kekasih mereka.

Saya berharap setelah menerima sakramen orang sakit, ibu Ely, masih boleh sehat kembali, tersenyum tanpa rasa sakit kepada anak cucunya. Semoga.........

Komentar

Martin T Teiseran mengatakan…
Ibu Eli achirnya meninggal dunia pada usia 95 tahun.

Postingan populer dari blog ini

Kismis Dry Gin Obat Lutut Sakit

Tiga tahun lalu saya merasa ada yang tidak beres pada lutut.Pikirku paling setelah digoyang goyang akan beres. Ketika berada di Purwokerto, saya jalan pagi, semakin jauh semakin sakit akhirnya trauma tidak berani jalan pagi lagi. Setahun lebih saya tidak berani jalan pagi. Sampai oktober 2010 ada email dari Bapak FX Benny Setiawan.  From: Komunikasi_KAS@yahoogroups.com [mailto:Komunikasi_KAS@yahoogroups.com] On Behalf Of FX. Benny Setiawan Sent: Thursday, October 28, 2010 12:42 PM To: Komunikasi_KAS@yahoogroups.com Subject: [Kom-KAS] Info kesehatan... Resep manjur untuk rheumatik.  Teman saya baru pulang dari berjalan-jalan, bercerita tentang teman serombongan yang menggunakan resep ini, hasilnya sangat bagus. Sekarang dirinya tidak perlu makan obat glucosamine lagi, bahkan berhenti makan obat osteoporosis.  Saya juga pernah membaca di Harian Shi Jie Ri Bao ada orang menulis tentang kesaksian akan keberhasilan resep ini. Secara khusus saya mencari data di jaringan maya, tern

Pengabdian Seorang Koster

“Suatu saat saya minta tolong pak Haryono agar buatkan beberapa rosario . Setelah selesai, ia menyerahkan kepada saya sambil mengatakan maaf romo Bi, mungkin rosarionya kurang rapih. Waktu saya tanya biayanya berapa ia menjawab 'sembah bekti mawon romo” ungkap romo H Subiyanto. DW. Pr pada saat merayakan Ekaristi Kudus bulanan untuk karyawan Katedral. Bertepatan pula, hari itu Bapak Rafael Haryono pension sebagai koster Katedral KA Semarang. Hal yang sama juga pernah dialami romo Sukardi pr, romo Paroki Randusari Semarang. Ia hanya minta dibayar dengan doa saja” demkian rama Soebiyanto mengawali khotbahnya. Rafael Haryono lahir di Sendangsono, 21 Pebruari 1947 dari keluarga sederhana. Ia semula dibawa oleh romo G Natabudyo pr ke Semarang . Mulai bekerja sebagai pegawai di pasturan pada 30 Desember 1969 dan, baru 2 tahun kemudian ditunjuk menggantikan koster lama yang mengundurkan diri. Suami dari Katarina Nurpini Dwiprihatin mengalami pergantian banyak r

Doa Setelah Komuni

Suatu ketika saya bertanya kepada seorang pemuda, apa doanya setelah menerima Sakramen Maha Kudus, ia hanya menjawab dengan senyuman. Sepertinya ia mengharapkan apa sesungguhnya yang saya lakukan setelah menerima sakramen maha kudus (SMK). Penerimaan SMK merupakan peristiwa yang sangat penting dalam hidupku dan itu terjadi pada tahun 1956. Sejak habis dibatis dengan nama Tarsisius yang sangat merindukan menyambut Tubuh Yesus. Untuk bisa menerima SMK kami menerima pelajaran cukup lama dari Bapak Rafael Parera Almarhum. Ia seorang guru SR kelas 1 dan 2, merangkap guru agama serta juga menenjadi bapak permandian saya. Ketika itu orang tua kami, papa dan mama belum sebagai pengikut Kristus. Dalam keluarga kami, kami anak-anak semua sudah di babtis lebih dahulu baru kemudian bapak. Mama sendiri sudah lebih dahulu dibabtis sebagai pengikut gereja Protestan. Namun sejak kami anak-anak semuanya menjadi Katolik, mama kemudian menemani kami 10 anaknya dan bapak di Gereja Katolik. Saya ma