Puji Syukur kepada Hati Kudus Tuhan Yesus, atas selesainya biografi Romo Gregorius Utomo.
Mgr Pujasumarta: "Romo Utomo terpesona pada ”kairos”. Ungkapan itulah yang muncul dalam benak saya setelah mendengarkan pesannya pada pertemuan Romo Senior Unio Keuskupan Agung Semarang (KAS).
Senin, 22 April 2013 di ruang Albertus rumah KAS diselenggarakan pertemuan Romo Senior Unio KAS dalam rangka perayaan Paskah kebangkitan Tuhan. Romo-Romo yang berusia pensiun, 65 tahun ke atas tersebut didampingi oleh para pastor kepala paroki, tempat para romo itu tinggal. Romo Utomo yang berusia 84 tahun, tertua di antara romo-romo yang hadir, memperoleh kesempatan untuk menyampaikan pesannya. Romo ngendika tentang ”kairos”, yaitu saat penuh rahmat. ”Kairos” dibedakan dari ”kronos”, kejadian rutin
kehidupan manusia. Dalam terang iman, ”kronos” menjadi ”kairos”."
Sebuah lagu kenangan bagi Romo Utomo.
Wij Leven Vrij
Wij leven vrij wij leven blij
In Moederlandsche
dierbaargrond
onkwoteld aau de slaverny
zijn wij door eendracht
groot en vrij
hier dult de grond geen
dwing lawdy
waar vrijheid eeuwig stand
waar vrij heid eeuwig slnid
(Kita hidup bebas di tanah airku
Bebas dari perbudakan
Kita dibesarkan melalui persatuan dan
kebebasan
Di tanah air ini tidak ada perbudakan
dan penjajahan.
Melalui persatuan kita berkembang
menjadi kuat
Di bumi ini tidak mentolerir kekerasan
Kebebasan itu abadi selama-lamanya)
Syair lagu ini mengingatkan kepada kita bahwa, Belanda yang waktu itu sedang menjajah kita, tetapi mereka menginspirasi kita tentang kebebasan walau mereka melakukannya secara tidak sadar. Adanya desakan pada tahun 1901 agar diterapkan Politik Etis atau Politik Balas Budi dari Kerajaan Belanda, maka dalam pidato penobatan Ratu Belanda Wilhelmina pada 17 September 1901, di antaranya berisikan tiga hal penting yang perlu dilakukan pemerintahan di jajahan Belanda yaitu pengadaan irigrasi, transmigrasi, dan pendidikan. Maka, sejak itu berdiri banyak sekolah di Indonesia. Semacam perbaikan nasib rakyat di daerah jajahan Belanda.
Seorang umat Kelapa Gading Jakarta:
”Saya merasa sedang berjalan dalam lorong kegelapan, dingin, di sebuah rimba yang tidak kuketahui ujungnya dan dalam situasi sangat takut di sebuah dunia lain. Tiba-tiba ada setitik cahaya, mungkin pada saat ini saya terima Sakramen Minyak Suci. Setelah itu cahaya itu semakin terang dan menyenangkan serta memberi kebahagiaan yang tidak dapat diungkapkan dalam kata-kata. Saya tiba di sebuah lembah dengan taman yang indah luar biasa yang memberi rasa damai,” ungkap Martin Budi Ilham.
Romo Paroki Ganjuran:
Merunut jejak hidup Romo Utomo, membawa semangat tersendiri bagi hidup kita untuk semakin beriman mendalam dan tangguh yakni semakin mencintai Tuhan, sesama, dan alam semesta; semakin menjadi Katolik sejati, semakin menjadi Indonesia sejati, dan semakin menjadi Jawa sejati. Kini tanggung jawab sejarah mulai dilimpahkan kepada kita generasi selanjutnya. Saatnya kita melanjutkan karya baik Allah yang sebelumnya terselenggara lewat hidup, perjuangan, dan karya Romo Utomo. Semoga hidup kita pun tidak hanya memohon berkat dari Allah, tetapi juga menjadi berkat bagi semua.
Proficiat Romo Utomo, terima kasih atas segalanya dan Berkah
Dalem ....
Ganjuran, 23 Mei 2013
Herman Yoseph Singgih Sutoro
Pastor Paroki HKTY Ganjuran
Komentar