25 Nopember 2008 multiply.com
Dulu saya berpendapat, suami yang
ditinggal meninggal dunia sang isteri kebanyakan menikah lagi dan masa depan
anak anak menjadi tidak teruruskan. Sebaliknya bila yang meninggal dunia suami,
sang isteri tidak menikah lagi demi masa depan anak anaknya, dan umumnya semua
anaknya memasuki kehidupan dengan baik dan berhasil.
Bulan Oktober 2008 saya pulang ke Timor, acara yang nyaris terjadi setiap hari adalah berbicara dengan orang orang yang lebih tua dari saya dan 3 diantaranya sudah di tinggal meninggal dunia isterinya. Mereka berusia antara 70 sampai 82 tahun.
Dari berbagai ceritera , yang paling menyentuh perasaan saya adalah ceritera kesepian ditinggal isteri. Seorang suami yang isterinya meninggal dunia tahun lalu dan tinggal di Australia. Tahun ini ia kembali mengunjungi keluarga di Timor tanpa di temani isteri Ketika ia menginjakan kaki di rumah dimana tahun ia datang bersama isteri tercinta ia menitikan air mata. “Tahun lalu kami berdua datang, sekarang saya sendirian” Ketka malam tiba, ia tidur di tempat tidur yang sama yang tahun lalu mereka suami isteri gunakan. Dalam kekosongan jiwa dan hati yang sedih ia mencoba menyentuh sesuatu disampingnya, namun tidak ada lagi sang isteri disitu. Ia menangis. Saat paling berat terjadi waktu ia pamit untuk pulang. Kesedihan yang tertahan tumpah, dengan suara keras ia mengatakan… tahun lalu kami pulang, keluar dari rumah ini berdua… sekarang saya sendirian….kata duda usia menjelang 80 tahun itu. Walaupun sudah setahun, kemana ia pergi selalu menceriterakan masa masa bahagia bersama isteri tercinta, dengan mata berlinang ia menunjukan foto isteri dari dompetnya.
Ketika ia datang ke Timor ia dibawa ke seorang bapak usia 70 yang baru genap setahun ditinggal meninggal dunia isteri tercinta. Mereka berdua berceritera lama tentang kebaikan isteri mereka, semasa hidup. Sekarang mereka merasa sebagian hidupnya sudah dibawa pergi. Ketika di meja makan, dimana biasanya di temani isteri sekarang tinggal ia sendiri atau di temani anak anak. Orang datang mengatakan, sudah tak perlu dipikirkan terlalu, ia (isterinya) sudah pergi dan semua orang mesti menempuh jalan yang sama. Iapun tidak bisa menjawab, hanya dalam hati ia mengatakan, orang bisa mengatakan apa saja tetapi ialah yang paling merasakan kehilangan. Dalam kesedihan yang berkepanjangan bapak ini sudah kehilangan 8 kg berat badannya, sekarang tinggal 48 kg. Ia meneruskan ceriteranya. Ternyata teman yang menasehatinya itu tidak lama kemudian mengalami hal yang sama, isterinya meninggal dunia secara mendadak. Anaknya bermaksud membawa ia ke Surabaya supaya ada hiburan dan alih perhatian pada anak dan cucu kiranya ayahnya bisa melupakan isterinya. Tetapi anaknya memberitahukan kondisi ayahnya semakin lebih menyedihkan. ”papa setiap pagi menangis ingat mama”
Peristiwa terakhir baru seminggu lalu dan ini mendorong saya untuk menulis di MP. Seorang bapak mengatakan ”Kemana mana, selama ini kami selalu berdua, dimana ada saya disitu ada isteri saya” Malam itu setelah melakukan doa malam, sekitar setengah sembilan, bersama isterinya mereka berdoa berdoa. Isterinya berdoa ”Tuhan Yesus aku mau tidur pulas malam ini” Tetapi tanpa sadar firasat apapun suaminya mengatakan kalau pergi jangan tinggalkan dia , dijawab ya ya tidak … aku tidak akan tinggalkan. Setelah berbicara, suaminya keluar ke halaman rumah. Selang 15 menit ia kembali ke kamar untuk membalikan bantal, agar sejuk lagi. Ini kebiasaannya agar bantal yang sejuk memberikan kenyaman kepada isterinya. Karena isterinya sudah lama sakit mungkin karena stroke, tidak bisa bergerak bebas lagi. Ketika masuk kamar ia masih mengucapkan selamat malam tetapi ia tidak mendapatkan jawaban. Ia mencoba membalikan badanya dan ia baru menyadari kalau isteri tercinta sudah pergi untuk selama lamanya. Badan tidak bernyawa lagi, masih hangat itu dipeluk sambil menangis. Ia masih sempat berdoa dan menanyi sambil berulang kali membelai dan menciumi isterinya. Kasih Yesus..........Kasih dari surga........ Tuhan itu baik.... isteriku yang cantik...
Setelah agak tenang ia mengabarkan kepada anak anak bahwa mami sudah kembali ke rumah Bapa. Semua anak kaget kendati menyadari ibu sudah sakit sakitan dan tinggal hanya ditemani ayah. Ketika anak anak datang keharuanpun memunjak, lalu mereka berunding agar jenasah sang ibu dipindahkan ke rumah jenazah.
Bulan Oktober 2008 saya pulang ke Timor, acara yang nyaris terjadi setiap hari adalah berbicara dengan orang orang yang lebih tua dari saya dan 3 diantaranya sudah di tinggal meninggal dunia isterinya. Mereka berusia antara 70 sampai 82 tahun.
Dari berbagai ceritera , yang paling menyentuh perasaan saya adalah ceritera kesepian ditinggal isteri. Seorang suami yang isterinya meninggal dunia tahun lalu dan tinggal di Australia. Tahun ini ia kembali mengunjungi keluarga di Timor tanpa di temani isteri Ketika ia menginjakan kaki di rumah dimana tahun ia datang bersama isteri tercinta ia menitikan air mata. “Tahun lalu kami berdua datang, sekarang saya sendirian” Ketka malam tiba, ia tidur di tempat tidur yang sama yang tahun lalu mereka suami isteri gunakan. Dalam kekosongan jiwa dan hati yang sedih ia mencoba menyentuh sesuatu disampingnya, namun tidak ada lagi sang isteri disitu. Ia menangis. Saat paling berat terjadi waktu ia pamit untuk pulang. Kesedihan yang tertahan tumpah, dengan suara keras ia mengatakan… tahun lalu kami pulang, keluar dari rumah ini berdua… sekarang saya sendirian….kata duda usia menjelang 80 tahun itu. Walaupun sudah setahun, kemana ia pergi selalu menceriterakan masa masa bahagia bersama isteri tercinta, dengan mata berlinang ia menunjukan foto isteri dari dompetnya.
Ketika ia datang ke Timor ia dibawa ke seorang bapak usia 70 yang baru genap setahun ditinggal meninggal dunia isteri tercinta. Mereka berdua berceritera lama tentang kebaikan isteri mereka, semasa hidup. Sekarang mereka merasa sebagian hidupnya sudah dibawa pergi. Ketika di meja makan, dimana biasanya di temani isteri sekarang tinggal ia sendiri atau di temani anak anak. Orang datang mengatakan, sudah tak perlu dipikirkan terlalu, ia (isterinya) sudah pergi dan semua orang mesti menempuh jalan yang sama. Iapun tidak bisa menjawab, hanya dalam hati ia mengatakan, orang bisa mengatakan apa saja tetapi ialah yang paling merasakan kehilangan. Dalam kesedihan yang berkepanjangan bapak ini sudah kehilangan 8 kg berat badannya, sekarang tinggal 48 kg. Ia meneruskan ceriteranya. Ternyata teman yang menasehatinya itu tidak lama kemudian mengalami hal yang sama, isterinya meninggal dunia secara mendadak. Anaknya bermaksud membawa ia ke Surabaya supaya ada hiburan dan alih perhatian pada anak dan cucu kiranya ayahnya bisa melupakan isterinya. Tetapi anaknya memberitahukan kondisi ayahnya semakin lebih menyedihkan. ”papa setiap pagi menangis ingat mama”
Peristiwa terakhir baru seminggu lalu dan ini mendorong saya untuk menulis di MP. Seorang bapak mengatakan ”Kemana mana, selama ini kami selalu berdua, dimana ada saya disitu ada isteri saya” Malam itu setelah melakukan doa malam, sekitar setengah sembilan, bersama isterinya mereka berdoa berdoa. Isterinya berdoa ”Tuhan Yesus aku mau tidur pulas malam ini” Tetapi tanpa sadar firasat apapun suaminya mengatakan kalau pergi jangan tinggalkan dia , dijawab ya ya tidak … aku tidak akan tinggalkan. Setelah berbicara, suaminya keluar ke halaman rumah. Selang 15 menit ia kembali ke kamar untuk membalikan bantal, agar sejuk lagi. Ini kebiasaannya agar bantal yang sejuk memberikan kenyaman kepada isterinya. Karena isterinya sudah lama sakit mungkin karena stroke, tidak bisa bergerak bebas lagi. Ketika masuk kamar ia masih mengucapkan selamat malam tetapi ia tidak mendapatkan jawaban. Ia mencoba membalikan badanya dan ia baru menyadari kalau isteri tercinta sudah pergi untuk selama lamanya. Badan tidak bernyawa lagi, masih hangat itu dipeluk sambil menangis. Ia masih sempat berdoa dan menanyi sambil berulang kali membelai dan menciumi isterinya. Kasih Yesus..........Kasih dari surga........ Tuhan itu baik.... isteriku yang cantik...
Setelah agak tenang ia mengabarkan kepada anak anak bahwa mami sudah kembali ke rumah Bapa. Semua anak kaget kendati menyadari ibu sudah sakit sakitan dan tinggal hanya ditemani ayah. Ketika anak anak datang keharuanpun memunjak, lalu mereka berunding agar jenasah sang ibu dipindahkan ke rumah jenazah.
Sambil menunggui dan terus menerus
memandang jenazah isteri tercinta, malam itu orang tua ini minta semua anak
anak agar pulang saja ke rumah masing masing dan kembali besok pagi untuk memutuskan
mau dibaringkan di mana jenazah sang ibu. ”Biarkan malam ini papa dan mama
tidur bersama sama untuk terakhir kalinya” Dengan terharu, semua anak pulang ke rumah membawa berbagai perasaan.
Mereka menuruti apa yang diinginkan sang ayah. Malam itu sang ayah
tidur di samping jenazah isterinya. Ia bernyanyi, berdoa, membelai dan menciumi isteri tercintanya sepanjang
malam, sambil mengagumi kecantikannya. Setelah anak anak berkumpul, paginya ia
mengatakan papi tidak tidur semalaman, hanya menemani mami.
Ia-pun berucap, karena mami sudah meninggal dengan baik dan tenang di rumah ini, maka baiklah jenazah di berangkatkan dari rumah ini saja. Anak-anak tidak dapat membantah kehendaknya bapak mereka. Ketika tiba saatnya untuk memandikan jenazah, ia lagi lagi mengatakan bahwa karena selama ini ia sudah biasa memandikan isterinya, maka biarlah ia memandikan untuk terakhir kalinya. Setelah itu baru anak anak perempuannya memakaikan pakaian dan bedak kepada ibu mereka. Ketika itu ia memandang ke wajah isterinya, wajahnya mengesankan tidak gembira dan sedih, maka dibisikan ke teinga isterinya kata kata lembut agar ia senyum karena ada banyak tamu, maka berubahlah wajah sang isteri menjadi senyum yang indah ............
Kata perpisahan yang diucapkan ketika melepas kepergian isterinya ia memberi pesan ”Ibu ibu yang masih bersama suami. Kita hidup bersama hanya sementara saja. Isteri diambil dari tulang rusuk suami, maka salinglah sayang menyayangi. Kematian itu datang tidak bisa diduga tetapi indah”......akhir dari 40 tahun hidup bersama kami.
Ia-pun berucap, karena mami sudah meninggal dengan baik dan tenang di rumah ini, maka baiklah jenazah di berangkatkan dari rumah ini saja. Anak-anak tidak dapat membantah kehendaknya bapak mereka. Ketika tiba saatnya untuk memandikan jenazah, ia lagi lagi mengatakan bahwa karena selama ini ia sudah biasa memandikan isterinya, maka biarlah ia memandikan untuk terakhir kalinya. Setelah itu baru anak anak perempuannya memakaikan pakaian dan bedak kepada ibu mereka. Ketika itu ia memandang ke wajah isterinya, wajahnya mengesankan tidak gembira dan sedih, maka dibisikan ke teinga isterinya kata kata lembut agar ia senyum karena ada banyak tamu, maka berubahlah wajah sang isteri menjadi senyum yang indah ............
Kata perpisahan yang diucapkan ketika melepas kepergian isterinya ia memberi pesan ”Ibu ibu yang masih bersama suami. Kita hidup bersama hanya sementara saja. Isteri diambil dari tulang rusuk suami, maka salinglah sayang menyayangi. Kematian itu datang tidak bisa diduga tetapi indah”......akhir dari 40 tahun hidup bersama kami.
Komentar