Suatu ketika saya bertanya kepada seorang pemuda, apa doanya setelah menerima Sakramen Maha Kudus, ia hanya menjawab dengan senyuman. Sepertinya ia mengharapkan apa sesungguhnya yang saya lakukan setelah menerima sakramen maha kudus (SMK).
Penerimaan SMK merupakan peristiwa yang sangat penting dalam hidupku dan itu terjadi pada tahun 1956. Sejak habis dibatis dengan nama Tarsisius yang sangat merindukan menyambut Tubuh Yesus. Untuk bisa menerima SMK kami menerima pelajaran cukup lama dari Bapak Rafael Parera Almarhum. Ia seorang guru SR kelas 1 dan 2, merangkap guru agama serta juga menenjadi bapak permandian saya.
Ketika itu orang tua kami, papa dan mama belum sebagai pengikut Kristus. Dalam keluarga kami, kami anak-anak semua sudah di babtis lebih dahulu baru kemudian bapak. Mama sendiri sudah lebih dahulu dibabtis sebagai pengikut gereja Protestan. Namun sejak kami anak-anak semuanya menjadi Katolik, mama kemudian menemani kami 10 anaknya dan bapak di Gereja Katolik.
Saya masih ingat ketika kami dipersiapkan untuk menerima SMK. Ada latihan terus menerus dan pelajaran yang lama soal mencintai Yesus serta membangkitkan kerinduan menerima Yesus. Bukankah Ia mau mengorbankan diriNya, mati di kayu salib untuk menebus dosa kita. Oleh karena itu kami mempersiapkan diri dengan mengaku dosa, dan menggunakan pakaian putih. Kami maju dengan sopan dalam barisan dengan tangan terkatup di dada.
Setelah menerima SMK orang tua kami dan sekolah merayakan pesta besar. Banyak anak anak datang dari berbagai desa datang ke Halilulik. Ada yang datang dari Laktutus, Mandeu, Seo dan lain lain. Desa Halilulik lama menjadi pusat gereja Katolik di daratan Timor, terutama waktu penjajahan Belanda. Umat yang mengikuti perayaan ekaristi jumlahnya banyak. Gereja terlalu kecil, sehingga perayaan Ekaristi Kudus dilaksanakan di tengah lapangan sekolah dan yang sekarang menjadi kantor profinsialis suster suster S Sp S. Ketika itu untuk menerikan SMK hanya boleh oleh imam. Waktu itu kalau tidak salah hanya ada 2 imam, maka sekarang saya membayangkan dengan umat berjumlah lebih dari seribu, waktu untuk menyambut tubuh Kristus bisa memakan waktu lebih dari 1 jam.
Saya menerima SMK pertama kali dari Pater Somhorst SDV. Almarhum tadinya adalah pastor tentara pada jaman Belanda. Saya masih ingat, kami diberitahukan bagaimana cara berdoa setelah menerima SMK.
Pertama sebelum menerima SMK, hati kami harus bersih, dari dosa. Umumnya sebagai anak kecil maka dosa kami seperti malas membantah perintah, tidak melakukan pekerjaan rumah. Suka mengomel kalau diminta membantuan oleh orang tua. Atau ketika sedang mengikuti perayaan misa kami bicara tidak berdoa, sehingga Yesus marah kepada kami. Pernyataan tobat menjadi wajib, kalau mau menerima SMK.
Waktu melangkah ke tempat berlutut untuk menerima SMK (ketika itu kami berlutut di meja panjang yang sudah disediakan di depan. Sehingga imam membagikan SMK sambil berjalan). Ada seorang ajuda (misdinar) memegang semacam patena, piringan kecil, diletakan di bawa dagu kami, agar nanti kalau menerima SMK, jangan ada tubuh Kristus yang tercecer. Kami sangat menghormati tubuh Kristus. Saat menerima SMK, mata kami tertutup rapat, tangan terkatup di dada, lidah kami julurkan dan merasakan tubuh Kristus menyentuh lidah.
Dengan tangan terkatup didada, kami berjalan pulang kemudian berlutut dan menutup muka dengan kedua tangan. Doa pertama yang kami ucapakan adalah, selamat datang Tuhan Yesus yang manis dan pengasih, terima kasih karena Engkau mau datang kepadaku. Lindungi aku dari marah bahaya khususnya dari dosa. Sambil bicara dalam hati tubuh Kristus masih terletak di lidahku. Kulanjutkan dengan doa. Malaekat pelindungku terima kasih atas perlindunganmu selama ini, lindungi aku minggu akan datang.
Kemudian berdoa kepada santo Tarsisius, santo pelindungku. Santo Tarsisius, terima kasih atas keteladanmu, mengantar SMK. Aku ingin menjadi ajuda yang rajin, agar selalu dekat dengan Engkau Yesus di altar, dan khususnya ketika Engkau hadir pada waktu konsekrasi. Bantulah aku santo Tarsisius agar kemudian hari aku bisa mengantar tubuh Kristus seperti engkau. Waktu masih kecil aku suka membaca kisah para kudus, suatu saat aku membaca kisah santo Tarsisius, dan sejak saat itulah saya menggunakan nama pelindungku Tarsisius. Dari keteladanan santo Tarsisius, saya menjadi seorang ajuda yang rajin, bahkan sampai saya sekolah STM di Muntilan pada tahun 1964- 1968. Sakristi dan altar menjadi tempat kesukaan dimasa kecil.
Ketika tiba saatnya kami menerima sakramen Krisma (penguatan) semua teman menerima nama Yosef dan Maria dari Bapak Uskup Theudoros van den Tilaar. Ketika sampai pada saya, saya menunjukan selembar kertas bertuliskan Martin de Porres. Maka bapak Uskup menyebut nama Martin de Porres sebagai penguatanku. Saya terkesas dengan kehidupan seorang bruder di kota Lima Peru ini. Ia seorang pekerja keras, rajin, kreatif dan seorang teknik yang rendah hati. Kehidupan rohaninya suci, dan disenangi banyak teman- teman bahkan umat sangat menyenangi Bruder Martin de Porres, ia suka menolong kemana mana dan kepada siapa saja.
Bapak uskuppun lalu menyebut Martin de Porres sambil menepuk pipi saya. Sejak saat itu saya menjadikan beato (waktu itu) Martin de Porres sebagai idolaku dalam bekerja. Aneh, saya memang akhirnya menjadi seorang teknik sampai saat ini, padahal ketika saya memilih nama itu saya baru berada di kelas 5 SR. Maka ketika menerima SMK, saya berdoa kepada santo Martin de Porres, terima kasih atas semua keteladannya, sebagai pekerja teknik.
Dalam kehidupan rohaniku masih seorang santa yang saya sebut dalam doa, setiap menerima SMK. Ia adalah santa Maria Goretty, saya pernah membaca kisah hidupnya ketika SMP di Kefamenanu. Saya terkesan sekali atas kesuciannya. Santa Maria Goretty, karena ia mempertahankan kesucianya sampai mati dibunuh oleh yang pemerkosanya. Maka saya minta pertolongan santa Maria Goretty, agar mendoakan saya sehingga bisa suci seperti dia. Saya bersyukur, doanya itu di kabulkan, karena selama 35 tahun (1973) pernikahan, bersama isteri tercinta saya Chlotilda Then Lie Fong, ia menjadi satu-satunya dalam hidup saya. Tidak ada wanita lain, selain ia. Kesucian dalam pernikahan kami itu memang karena keteladanan dari santa Maria Goretty. Terima kasih...........
Setelah itu saya ingat permintaan para imam yang dulu membimbing dan menyayangi saya. Mereka minta supaya saya mendoakan mereka ketika menerima SMK. Sampai sekarang saya selalu melakukan, agar jiwa mereka istirahat dengan tenang di rumah Bapa, dan mendoakan saya juga agar bisa bertemu di surga. Saya menyebut, pater pater SVD: Somhors, Timmermans, van Lieshout, uskup van den Tillard, Woterboor, de Boor, Adi Konterius, Meulendik, Thadeuz Barkoviak. Pater Beek SJ, Wileamborg, Reinders, Mulder, Mardisuwignjo pr dan lain- lain.
Lalu saya doakan semua orang tua, Papa, Kung Po dan kenalan yang sudah meninggal dunia, agar mereka semua sudah berada di rumah Bapa. Tentunya akhirnya saya mendoakan kesehatan isteri dan semua anak- anak, cucu cucuku, orang tua yang masih hidup demikian juga semua saudara. Saya pernah mendengar bahwa 15 menit pertama setelah menerima SMK, tubuh Kristus hadir dan sungguh hidup, Ia mengalirkan dalam darah kita. Setiap doa yang kita ucapkan lebih bagus.......
Sekarang setelah menjadi prodiakon untuk tahun ke
Komentar
Pengalaman pribadi sy menerima SMK & doa-nya adalah sbb:
1. Dulu sblm bertobat, nyambut hosti ya nyambut saja. Tidak perduli hati bersih, tidak bersih, tancap saja yg penting ritualnya diikuti.
2. Stlh bertobat, baru saya tahu bahwa SMK/Ekaristi itu adalah SEGALA-GALANYA bagi umat Kristen Katolik. Krn disitulah kita bertemu dengan Yesus secara pribadi dalam rupa benar-benar DAGING, benar-benar DARAH. Itu kekayaan gereja kita yang banyak orang Katolik pun menganggap sepele. Ini menyedihkan karena di banyak gereja Kristen non-Katolik sekarang mereka juga mulai "menggiatkan" yg mereka sebut Perjamuan Kudus menjadi lebih sering...
3. Karena itu dalam menyambut TUBUH & DARAH Kristus, sebelum menyambut saya usahakan tentunya puasa, paling tdk dari malam sebelum tidur sampai menyambut. Kemudian sebelum menyambut saya harus yakinkan diri saya bersih (tentunya tdk clean-clean sekali yang penting tdk ada dosa yg berat atau mortal sins (bisa dibaca info mgn ini di tulisan2 mgn Katolik). Kalau tdk 'sreg' belum siap, sy biasanya mundur. Krn itu hanya kan mendatangkan kutuk/tulah saja. Itu ada ayatnya “Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan” (1 Korintus 11:27
Tidak berisik di gereja (dulu ngobrol sebelum & sesudah Komuni itu hal yg biasa). Intinya kita persiapan lah karena kita mau BERSATU secara FISIK dengan Tuhan Yesus...
4. Doa-doa saya biasa doa2 pribadi kemudian dibuka & ditutup dgn membaca doa di hal 210 & 211 Puji Syukur.
Itu aja sih.. oh ya ada link yg bagus nih mgn hal ini..http://www.indocell.net/yesaya/pustaka2/id273.htm
Tuhan memberkati.